Just Remember

Ini sebuah kisah, kisah yg gak begitu penting bagi sebagian orang, tapi begitu penting buat gue sebagai orang yg melewati bagian ini dalam hidup gue.
Gue, yaa inilah gue, sama seperti kebanyakan remaja pada masa itu. Gue energik, walaupun sedikit pemalu. Gue berteman dengan siapapun, hampir disetiap sekolah gue mempunyai teman walaupun gak terlalu banyak. Gue supel, tapi terkesan sombong padahal klo udah kenal gak ada tuh kata2 sombong dalam kamus pertemanan gue, hahaha :D
Dulu, pada saat gue masih kecil, gue udah dikenalkan dan diajarkan agama. Gue inget, semasa gue masih TK (sekitar umur 4th), gue udah ikut TK TPA di masjid di kompleks perumahan tempat gue tinggal. Masjid Suhada, itulah nama masjid yg menjadi tempat pertama gue mengenal huruf2 Hijaiyah. Gue masih inget bgt orang yg pertama kali menjadi guru ngaji gue, namany wak Dahlan (alm), ada juga ustazah Mi'au, dan om Mulyatno sebagai pengurus masjid. Selain mengaji, tentunya nih masjid juga menjadi tempat kita main, terutama maen kejar2an. Ada yuk Iin, Hepi, Santi, Vina, Dekcik, Ulan, dan masih banyak lagi teman2 yang laen.
Kepindahan keluarga gue dari Kota Prabumulih menuju Desa Beringin membuat orang tua gue sedikit "galau", mereka bingung masalah pendidikan agama gue di luar sekolah. Alhamdulillah, ternyata ada guru ngaji yang mau mengajari gue dan teman2. Yuk Nunung, yuk Novi, dan yuk Yeyen. Mereka2 inilah yang berjasa mengajarkan gue, Puput, Meli, Yudha, dan Yuyun ngaji setiap sore. Dari mereka, didapat beberapa ilmu dan pengetahuan baru tentang agama. Setelah gue lancar bersepeda, akhirnya gue didaftarin ortu gue untuk ngaji di TPA di masjid Al-Munawaroh Beringin. Siang hari sepulang sekolah, gue mengayuh sepeda menuju masjid. Senang, itulah perasaan gue saat itu, karna gue bakal bertemu orang2 baru. Salah satu teman ngaji gue yang masih gue inget adalah teman sekolah gue, namanya Nike Yulia alias Via. Di TPA ini, selain mengaji, kami juga diajarkan tentang Fiqih dan Aqidah.
Perlahan tapi pasti, umur gue bertambah, teman2 gue pun bertambah, pergaulan juga udah beda. Di sinilah, di mana gue udah mulai lalai n mulai ngelupain apa yang menjadi kewajiban gue sebagai hamba Allah. Gue udah jarang shalat apalagi mengaji. Yang menjadi alasan utama gue saat itu adalah capek karena sekolah. Klise memang, tapi itulah fase kehidupan yang gue lalui. Tahap pencarian jati diri, sebagian orang bilang begitu. Ada yang terjerembab ada juga yg masih terselamatkan dari fase ini. Mungkin gue termasuk orang yang masih dalam kategori "selamat". Alhamdulillah.
Setelah pencarian jati diri gue, melalaikan kewajiban2. Akhirnya, hati gue sedikit terketuk setelah gue mulai mandiri, jauh dari ortu. Waktu itu gue udah menjadi seorang mahasiswi, gue jadi anak kos. Teman satu kos gue, Martha namanya. Gak tau gimana ceritanya, tiba2 aja gue sama Martha udah satu kosan aja, padahal semasa SMA kita gak kenal akrab. Mungkin inilah yg dinamakan takdir. Allah sudah mengatur skenarionya. Lewat Martha inilah perlahan-lahan gue menyadari satu hal, selama ini gue udah lalai yaa Rabb. Awalnya, gue malu karena setiap waktu shalat dia selalu ngingetin gue. "Shalat Mi", itulah kata2 yang selalu dia ucapin ketika azan berkumandang. Gue pernah nanya, "Tha, ngapain sih lo selalu shalat,?? gak shalat sesekali kan gpp". Dengan sedikit mata berkaca dia ngejawab pertanyaan gue, "Mi, papa gue udah gak ada, melalui shalat ini gue bisa berbakti kepada beliau". Mungkin benar kata pepatah, ala bisa karena biasa. Awalnya gue shalat karena terpaksa dan malu dilihat teman gue, tapi lama2 semua itu menjadi sebuah kebiasaan. Dan Alhamdulillah sampai saat ini, semoga selalu istiqomah di jalan-Mu yaa Rabb. Aamiin.
Tiga tahun kebersamaan kami dalam sebuah naungan bernama "kos-kosan" harus berakhir, tahun terakhir kuliah gue memilih tinggal di rumah sodara gue, begitupun dengan Martha dan Jessica. Kami berpisah, bukan karena konflik maupun masalah, tapi karena udah gak mampu bayar kos-kosan lagi, maklum tiap tahun tarif kos-kosan makin menggila, hehehe :D
Tahun terakhir adalah masa2 sulit dalam dunia perkuliahan, tidak ada lagi kata "santai" di sini. "Kalo mau cepat lulus kuliah, harus gesit !!", itu salah satu kalimat dari dosen yang selalu gue ingat. Dan di sini juga gue mengalami titik balik hidup yang banyak mengubah gue. Gue mulai belajar memakai jilbab (walaupun masih sering lepas pake, hihihi), mulai belajar shalat malam, mulai melakukan puasa sunah, mulai mengaji dari awal lagi, dan masih banyak hal2 yang gue lakuin.
Ada sedikit cerita nih, entah lucu, entah menyeramkan, atau mungkin juga aneh. Ini pengalaman gue pertama shalat malam, waktu itu gue bangun sekitar jam 1 dini hari. Gue yang pada dasarnya penakut, diam2 mengambil air wudhu karena takut mengganggu orang2 yang sedang tidur. Dingin udah pasti, malah hampir menggigil. Setelah niat, gue mulai shalat. Pada rakaat pertama, menggigil gue udah hilang. Pada saat rakaat kedua shalat, perasaan panas menjalar keseluruh bagian tubuh gue. Setelah shalat gue langsung sembunyi di balik selimut, takut nanti pas noleh ngeliat "setan", hahaha. Begitulah rutinitas yg gue lalui sampe lulus kuliah dan Alhamdulillah sampe saat ini masih tetap gue jalanin. Dan apa yg didapet dari rutinitas gue tersebut. Ternyata, skripsi gue kelar tepat waktu, gue bisa ikut wisuda gelombang pertama untuk angkatan gue. Setelah lulus dan menganggur sekitar satu bulan, gue dapet panggilan kerja, dan hal2 baik serta kemudahan selalu menghampiri gue. Alhamdulillah. Keep Istiqomah ;)
So guys, dari cerita singkat gue ini, dapat kita semua simpulkan, ternyata hidayah itu gak dateng sendiri, klo mau nunggu hidayah dateng ngehampirin kita, keburu kita kembali lagi ke pangkuan-Nya (ada sih orang2 yg dikasih hidayah cepet, tapi, dari seribu paling cuma satu orang yg beruntung dapet doorprise "Hidayah"). So, jemputlah hidayah, ketika kita menjemputnya maka ia pun akan menghampiri kita ;)
With Love,
Miimii

Ungkapan Cintaku Untukmu

I just called you bapak, Bukan papa, ayah, daddy, papi, pipi, abi, buya, abah, ataupun bak. You are my everything in my live selain mamak tentunya, Gak terhitung berapa puluh ribu bahkan mungkin milyaran peluh menetes dr tubuhmu. Kau tak pernah mengeluh, Kenapa ? Karena kau ingin kami bahagia, sukses, bermasadepan cerah. Bapak, Belum banyak saat ini yg dapat aku maupun kakak2 berikan kepada bapak dan mamak. Tapi, Suatu saat, Pada masanya, Kami akan membalas semua ini, semua jerih payah, semua keihklashan n doa2 yg kau tujukan kepada kami. Tunggulah saat itu bapak, bersabarlah, tetaplah kita bersama2 bergandeng tangan hingga saat yg kita nanti itu tiba.
With Love,
Miimii