Moch.
Yono. Laki-laki yang sekarang berumur 56 tahun dan merupakan purnawirawan
TNI-AD berpangkat terakhir Serka ini adalah bapakku. Beliau adalah laki-laki
tangguh yang menjadi penopang hidup keluarga kami. Bapak adalah salah satu
orang yang sangat berjasa bagi hidupku. Selain ibu dan kedua kakakku, bapak adalah
panutan dalam hidupku. Bapak segalanya bagiku, banyak hal yang aku lalui
bersama bapak. Dari aku kecil sampai saat ini, bapak selalu membantu ketika aku
mengalami kesulitan.
Waktu
itu aku masih duduk di kelas 1 SMA. Pada hari senin aku mendapat giliran
menjadi petugas upacara. Pagi itu, Aku sudah siap dengan seragam serba putih. Dari
pukul 05.30 Wib aku sudah berdiri di pinggir jalan untuk menanti kedatangan
angkutan yang akan membawaku ke sekolah. Maklum, jarak dari rumahku yang
terletak di sebuah desa untuk menuju ke sekolah yang ada di kota lumayan jauh
dan angkutan di sini juga tidak terlalu banyak. Apabila angkutan tersebut tidak
beroperasi atau angkutan penuh maka otomatis aku tidak bisa berangkat ke
sekolah. Pasrah.
Sudah
hampir satu jam aku berdiri, tanda-tanda angkutan akan lewatpun belum tampak. Bapak
memperhatikanku dari rumah, lalu bapak menghampiriku dengan sepeda motor
bututnya serta lengkap dengan seragam yang terpasang rapi di tubuhnya. Hari ini
bapak akan mengantarku ke sekolah. Sepeda motor berjalan menyusuri jalan desa
yang sepi. Kalau diperhatikan sebenarnya cuaca baik-baik saja. Entah mengapa
diseparuh perjalan kami tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Bapak menghentikan
laju motornya sejenak sambil mengeluarkan sebuah jas hujan dari bagasi. Bapak menyuruhku
memakai jas hujan agar seragamku tidak basah dan kotor. Dan kamipun melanjutkan
perjalanan menuju sekolahku. Aku kasihan melihat bapakku yang tidak mengenakan jas
hujan di tengah derasnya hujan yang turun. Aku meminta bapak menghentikan motor
di pondokkan yang terletak di sisi kiri jalan. Kutatap bapak yang basah kuyup,
dengan wajah pucat dan bibir bergetar. Sebenarnya akupun basah, tapi cuma dari
kaos kaki sampai sepatu. Aku termenung, begitu besar pengorbanan bapak untuk
diriku. Tak peduli hujan dan panas, siang dan malam, Bapak selalu ada disaat aku
membutuhkan, tidak pernah sedikitpun bapak mengeluh ataupun mengatakan tidak
apabila aku meminta.
Dan
sampai saat ini, disaat usiaku yang sudah menginjak 25 tahun dan sekarang aku sudah
bekerja sebagai seorang guru, aku masih selalu merepotkan bapak. Apa-apa harus bapak,
ini itu masih bapak. Karena aku selalu bangun kesiangan, hampir setiap pagi aku
mengajak bapak mengejar angkutan menuju ke sekolah dan bapak selalu siap,
walaupun tampak guratan-guratan lelah di wajahnya, bapak tidak pernah
mengatakan tidak.
Bapak,
entah dengan apa aku bisa membalas semua pengorbananmu. Kau membantu ibu membimbing
dan mendidik aku dan kakak sejak dini. Putri kecilmu yang dulu selalu kau manja
kini telah menjelma menjadi sosok wanita dewasa. Maafkan aku kalau sampai saat
ini aku belum bisa membahagiakan hidupmu. Tapi aku berjanji, dalam setiap doa
dan ingatanku selalu terukir namamu. Dan sampai akhir hayatku, aku akan selalu
mencintaimu.
Putrimu
yang selalu menyayangimu,
Atmi
Yanda Silka, S.Pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar