JellyPages.com

Sebelum Mulai, Ucapin Salam Dulu Yuuuuukkk...

Sebelum Mulai, Ucapin Salam Dulu Yuuuuukkk...

Rabu, 26 September 2012

09 September 2004

Iseng-iseng buka buku jaman SMA, nemuin buku bahasa Indonesia yang masih tersampul rapih, setelah dibuka ternyata nemu ini cerpen, cerpen ini merupakan tugas bahasa Indonesia yang diberikan oleh ibu Titik, itu berarti cerpen ini sudah berumur delapan tahun, yuk dibaca sahabat... :)

Sahabat Sejati

***
Sekolah yang berlokasi di jalan Prof. M. Yamin Prabumulih itu baru saja bubar. Anak-anak berseragam putih abu-abu bergegas keluar kelas. Di pikiran mereka masing-masing terpikir satu tempat yaitu : rumah. Bukan karena lapar atau lelah, tetapi karena cuaca tidak bersahabat, langit sudah berwarna gelap pekat. Bunyi geluduk di atas awan sepertinya sudah memberi pertanda bahwa akan ada hujan besar hari ini.

Kelas 2.3 yang terletak di samping kanti SMA itupun cepat sekali menjadi sepi karena penghuninya langsung berhamburan keluar. Biasanya masih ada satu dua anak yang mencoba bertahan untuk sekedar ngobrol, janjian sesuatu atau mengingatkan akan catatan yang dipinjam temannya. Hari ini nampaknya rutinitas itu tidak dijalani. Sekarang tinggal dua orang saja yang tertinggal di kelas.

"Pulang aja deh, Win. Besok aja ke kantor posnya", ujar Yuli memberi usul.
"Nggak bisa Yul, aku udah janji mau ngeposin surat ini hari ini juga", jawab Winda.
"Janji sama siapa?"
"Janji sama diri aku sendiri dong."
Yuliana mengangkat tas ranselnya, "diralat aja deh janji kamu itu, dari pada kita kehujanan."
"Nggak bisa, kalau kamu mau duluan, duluan aja deh."
"Emang tuh surat buat siapa sih ? Kok kaya'nya penting banget buat kamu." Tanya Yuli.
"Surat ini buat Egi Jhon Foreysithe."
"Kenapa sih kamu ambisi banget kirim surat ke Egi ?"
"Soalnya aku udah terlanjur taruhan sama geng Mentari."
"Kamu taruhan sama mereka, Win ? Sebagai sahabat baik kamu, aku rasa tantangan itu nggak adil, itu cuma cara aneh mereka untuk mencari perhatian orang."
"Tapi Yul, aku nggak punya banyak pilihan, aku nggak mau kalau sepanjang hari selalu diejek-ejek nggak jelas." Ucap Winda membela diri.

Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kehadiran empat orang cewek yang terdiri dari : Retty, Rani, Septi, dan Umi. Mereka inilah anggota geng Mentari.

"Jangan lupa Win, ini sudah hari ketiga dari perjanjian kita," suara Septi terdengar peratama kali.
"Tiga bulan loh !" Retty menambahkan.
"Ohhhh... Pangeran Egi Jhon Foreisythe, tunggulah suratku yang akan kuberikan padamu, jangan lupa dibalas sebab kalau tidak, teman-temanku yang cantik-cantik ini akan melabrakku," Umi tidak mau kalah berlagak seperti penyair.

Winda menarik nafas, dia berusaha tenang. Yuliana menarik tangan Tangan Winda supaya cepat pergi dari gerombolan geng Mentari yang menertawakan mereka. Baru saja lepas dari geng Mentari, Yuliana membicarakan sesuatu.

"Ya ampun, aku hampir lupa, nanti temenin aku ya."
"Kemana ?" Tanya Winda.
"Ke gedung olahraga Prabu Jaya."
"Ngapain sih ?"
"Aku kan mau latihan basket bareng Alfred."
"Alfred mana ?"
"Ummm.... Alfred si jagoan basket kota Prabumulih, yang dikenal dengan julukan "Kobe Brian" nya Prabumulih itu loh !"
"Oh.. yang itu." Winda pura-pura mengerti.
"Kamu maukan nemenin aku ?" Yuli memohon kepada Winda.
"Siiiiip." Winda menyodorkan ibu jarinya pertanda setuju.

***
Gedung olahraga Prabu Jaya tidak seberapa ramai dipenuhi orang, yang hadir sore ini sebagian besar adalah mereka yang handak latihan basket atau sengaja menonton yang latihan tersebut.

Salah duanya dari mereka yang menonton adalah Yuliana dan Winda yang sesekali bersorak begitu Alfred, jagoan mereka memasukkan bola ke ringnya. Dalam beberapa minggu ke depan. Klup tersebut akan ikut bertanding ke Palembang. Sebagai fans yang baik, Yuliana merasa wajib menyemangatinya. Apalagi sehabis latihan ini, Alfred berjanji akan mengajarkan teknik-teknik bermain basket yang baik. Tentu saja, kesempatan ini tidak disia-siakan begitu saja oleh Yuliana.

Ketika Yuli memulai aksinya berlatih bersama Alfred, termenunglah Winda sendirian di bangku. Matanya tertuju pada dua insan yang bersama beberapa teman lain sedang bermain basket tepat di sepan matanya. Meski tadi Yuli dan Alfred sempat mengajaknya untuk ikutan main, tetapi Winda memilih menjadi penonton saja. Selain tidak terlalu suka, Winda memang lagi nggak mood buat sekedar memain-mainkan bola. Pikirannya tertuju pada dua hal.
Pertama, Soal nilai-nilainya yang rasanya makin menurun semester ini dan juga tiap kali ulangan dia tidak konsentrasi.
"Kamu lagi mikirin pangeran Egi-mu itu kali Win ? Komentar Yuli waktu Winda curhat padanya. "Belum balas suratmu ya ?"
"Ah nggak.. Soal surat untuk Egi sih nggak aku pikirin !"
Lalu...
Masalah kedua, Winda merasa nggak ada cowok yang cocok dengan dia, sebenarnya ada cowok yang Winda suka namanya Wiranata, tapi berhubung cowok itu tidak kenal dengan dia makanya perasaannya itu dia pendam sendiri.
Iya sih, dia masih punya Yuliana, Atmi, Mitha, Frenky, Heriyanto, dan Dea sebagai ce-es di sekolah. Tapi bukan pertemanan itu yang Winda inginkan. Winda ingin lebih alias punya pacar seperti Dea dan Yuli atau PDKT-nya Frenky ke Mitha. Duh, kaya'nya senang sekali kalau itu boleh menimpah dirinya.
"Belum saatnya Win," begitu ucap Yuli kepada Winda.
"Kalau sudah saatnya, yakin deh, jangankan Wira, Justin Timberlake juga bisa tiba-tiba mendekatimu."
Winda pun tersenyum mendengar ucapan Yuli.
Sore yang menggantung mulai memberi tanda agar Winda mengingatkan Yuli untuk segera pulang, karena hari sudah semakin gelap. Mereka lalu pulang.

***
Winda dan Mamanya berbincang-bincang.
"Win, setamat SMA ini kamu mau menjadi apa ?" tanya mama kepada Winda.
"Jadi Wartawan, ma."
"Kamu mau jadi wartawan ?"
"Iya, ma. Winda kan seneng nulis."
"Kenapa harus jadi wartawan ?"
"Yaa, pengen aja."
"Ah... anak manja kaya' kamu ini mau jadi wartawan, wartawan itu harus kuat, harus berani, gak putus asa, dan gak mudah ngambek kalo diingetin tuk jadi lebih baik." Mama Winda menasehati anak bungsunya itu.
Winda cuma tersenyum. Ada yang mengena dari ucapan mamanya barusan.

***
"Buktiin sama mamamu dong kalo kamu bisa," suara Yuli menyembur begitu saja ke telinga Winda.
"Gimana caranya ?"
Sebentar keduanya terdiam... Lalu.
"Nah, aku baru inget, bu Titik kemarin tuh pernah bilang ada lomba nulis cerpen buat anak SMA, coba deh kamu tanya ke beliau, kali-kali kamu dikasih kesempatan."
"Waduh, nulis cerpen yaa ?" Winda menggaruk-garuk kepalanya yang tiba-tiba gatal.
"Hu uh"
"Apa mungkin aku bisa ?"
"Pasti bisa lah," teriak Yuli menyemangati.

***
Tak ada kata yang lebih indah menggambarkan perasaan Winda hari ini, selain satu kata Bangga. Gimana gak bangga, ternyata cerpen yang ia kirim untuk lomba cerpen tingkat SMA sederajat sepropinsi Sumatera Selatan berhasil menjadi juara tiga.
Wuih...
Biar juara tiga, tapi itu sebuah prestasi sendiri. Apalagi ia bersaing dengan ribuan peserta lain yang di antaranya adalah Rani, salah satu anggota geng Mentari. Pokoknya semua orang bangga banget dengan prestasi Winda kecuali Rani and the gank.
"Kita masih punya taruhan Win," ujar Rani begitu namanya tidak ada dalam deretan pemenang.
"Iya, taruhan kita itu nggak main-main, jangan pura-pura lupa !" Retty menutup ancaman dari gengnya untuk Winda.
Mereka bergegas meninggalkan Winda dan Yuliana yang masih bingung di depan kelasnya. Keduanya saling berpandangan lalu mengangkat bahu.

***
Winda dan Yuli sengaja menikmatisenja sepulang les bahasa Inggris. Mereka makan bakso dan minum es teler di warung bakso Goyang Lidah (baca : GE EL). Tempat jajan yang terletak di jalan Urip Sumoharjo, tempat ini cukup terkenal di kota Prabumulih. Meskipun ramai pengunjungnya mereka berdua tetap mendapatkan tempat duduk yang cukup nyaman, sembari makan bakso, keduanya juga terlibat perbincangan yang cukup serius.

"Eh, soal Egi Jhon, gimana ni ? Aku lagi nggak punya duid buat nraktir geng Mentari." Winda memulai perbincangan.
"Kok kamu yakin bakal kalah ?" Yuli balik nanya.
"Ini sudah tanggal berapa Yul ? Tinggal dua minggu nih, belum ada tanda-tandanya kalau Egi bakal bales surat aku."
Yuli mengerutkan dahi, ia sedang berpikir.
"Kurang doa kali ?"
"Wah, kurang apa lagi aku ?"
"Naa... " Tiba-tiba Yuliana menjentikkan ibu jarinya, dia memang punya 1001 akal, disaat lagi genting sekalipun ia selalu punya ide-ide hebat.
"Jangan-jangan karena suratmu kurang menarik, makanya gak digubris. Surat dari penggemarkan banyak banget, wajarlah kalo suratmu terlewati."
"Maksudnya ?"
"Coba kirim surat lagi, buat surat seunik dan semenarik mungkin."
"Unik ? Menarik ? Gimana caranya ?"
"Terserah kamulah."

***
Waktu yang tersisa kurang lebih dua minggu lalu dimanfaatkan Winda dengan sebaik-baiknya. Ia membuat surat baru yang isinya dan amplopnya dibuat seindah mungkin. Kali ini Winda yakin kalo pekerjaannya kali ini tidak sia-sia.

***
Pagi ini cerah dari biasanya.
Walaupun udara dingin, tetapi keceriaan sebuah pagi tampaknya membuat muid-murid SMA Negeri 1 Prabumulih ini tetap semangat. Dan diiringi dengan senyum Winda turun dari angkot yang membawanya pergi ke sekolah pagi ini. Di perjalanan dia bertemu dengan Yuli. Setibanya di sekolah ia bergegas menuju kelasnya lalu menarik tangan Yuli yang juga sama-sama baru datang. Yuli yang tidak tau apa-apa mengikuti saja kemana Winda membawanya.

Di bawah pohon rindang, dekat lapangan basket, di sepan kelas X.1, Winda berhenti. Di situ nampak geng Mentari yang sudah lengkap sedang berbincang-bincang, tawa mereka di pagi yang cerah itu berhenti ketika Winda dan Yuli mendekat.

"Nih ! Impas yaa taruhanku, baru kemarin siang aku dapat." Winda meletakkan sebuah amplop putih sedang di hadapan mereka.
"Apa ni ?" Rani kaget.
"Buka aja," jawab Winda bangga.
Bersamaan mereka membuka amplop tersebut. Ada sebuah foto dan selembar kertas bertuliskan...
"Dari Egi Jhon Foreisythe ???" keempat orang anggota geng Mentari berteriak tidak menyangka.
"Tapi ini fotocopyan bukan tulisan tangan asli," celetuk Umi.
"Masa Bodo."
Tidak ada komentar dari geng Mentari. Tak lama Winda dan Yuli meninggalkan tempat itu. Berjuta rasa kesal dari geng Mentari tidak mereka gubris. Pokoknya Winda sudah memenangkan taruhan itu. Berdua mereka bergembira akan kemenangan ini.

Sekian

Created by Atmi Yanda Silka (dengan sedikit nyontek sana-sini, maklum anak SMA)

With Love,

Miimii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright© All Rights Reserved by Atmi Yanda Silka